Resume jurnal: the significance of information technology for service quality
SIGNIFIKANSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KUALITAS LAYANAN: DARI SEGMENTASI PASAR KE LAYANAN PERORANGAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam
penelitian ini berfokus
pada bagaimana teknologi informasi dengan cepat
menjadi unsur yang sangat berpengaruh bagi manusia. Teknologi informasi
merupakan istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam
membuat, mnegubah, menyimpan, mengomunikasikan dan atau menyebarkan informasi.
Teknologi informasi sangat membantu di pekerjaan kehidupan sehari-hari manusia.
Salah satunya untuk membantu mencapai kualitas layanan di industri penerbangan yang sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Dimulai dengan produksi setelah Perang
Dunia Kedua, industri penerbangan telah berkembang dari bisnis yang
berorientasi pada teknologi pesawat terbang (yaitu ideologi sistem) menjadi
bisnis berorientasi segmentasi pasar (missal Ideologi
layanan standar) selama tahun 1980-an. Kami menyelidiki sistem layanan standar dan
bagaimana memperluasnya ke sistem yang kompleks di mana layanan inti, layanan
pendukung, dan layanan fasilitasi yang menuntut sistem informasi terpadu dan aliansi
strategis, ditawarkan. Dalam penelitian ini juga membahas transformasi sistem
layanan yang kompleks ini menjadi sistem layanan sensitif yang merespon kebutuhan
setiap individu. Pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana kita dapat mengukur
kualitas layanan untuk sistem layanan yang berbeda juga dibahas.
Model strategis diusulkan untuk tiga tingkat
manajemen kualitas layanan: sistem layanan standar, sistem layanan kompleks dan
sistem layanan sensitif. Yang terakhir menyiratkan integrasi budaya informasi
canggih dengan budaya layanan canggih. Scandinavian Airlines System (SAS)
digunakan sebagai kasus empiris untuk menggambarkan perkembangan ini serta untuk
menunjukkan praktik hari ini dibandingkan dengan strategi untuk besok. Kami
menganalisis pengembangan SAS dari sistem berbasis teknologi di tahun 1970-an
ke sistem layanan berbasis pelanggan di tahun 1980-an, selanjutnya menuju
sistem sensitif berbasis aliansi menuju tahun 2000. Penelitian di SAS terdiri
dari: wawancara mendalam dengan enam manajer top di Stockholm dan Olso
bersama-sama dengan analisis dokumen strategi dari SAS termasuk laporan tahunan
mereka dari periode 1970-1990.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana teknologi informasi dengan cepat menjadi unsur
yang diperlukan untuk mencapai kualitas layanan di industri penerbangan ?
2.
Bagaimana memperluas ke sistem yang kompleks di mana
layanan inti, layanan pendukung, dan layanan fasilitas yang menuntut sistem informasi
terpadu dan aliansi strategis?
3.
Bagaimana kita dapat mengukur kualitas layanan untuk
sistem layanan yang berbeda ?
1.3 TUJUAN
RISET
Penelitian ini bertujuan untuk menguji teknologi informasi dengan cepat menjadi unsur yang
diperlukan untuk mencapai kualitas layanan di industri penerbangan dan mengukur
kualitas layanan untuk sistem layanan yang berbeda.
1.4 MANFAAT
RISET
1.
Mengetahui bagaimana teknologi informasi mempengaruhi pencapaian
kualitas layanan di industri penerbangan.
2.
Mengetahui perluasan sistem yang kompleks di mana layanan
inti, layanan pendukung, dan layanan fasilitas ditawarkan.
3.
Mengetahui cara mengukur kualitas layanan untuk sistem
layanan yang berbeda.
2.1 TEORI
Teori pertama yang mendukung penelitian ini adalah teori
kualitas layanan oleh Parasuraman (1994) yang menyatakan bahwa kualitas layanan
memiliki lima dimensi, yaitu tampilan fisik, empati, kehandalan, daya tanggap,jaminan.
1.
Tangibles
Tangibles adalah bukti
konkret kemampuan suatu perusahaan untuk menampilkan yang terbaik bagi
pelanggan. Baik dari sisi fisik tampilan bangunan, fasilitas, perlengkapan
teknologi pendukung, hingga penampilan karyawan.
2. Reliability
Reliability adalah kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen terkait kecepatan,
ketepatan waktu, tidak ada kesalahan, sikap simpatik, dan lain sebagainya.
3. Responsiveness
Responsiveness adalah tanggap memberikan
pelayanan yang cepat atau responsif serta diiringi dengan cara penyampaian yang
jelas dan mudah dimengerti.
4. Assurance
Assurance adalah jaminan dan kepastian
yang diperoleh dari sikap sopan santun karyawan, komunikasi yang baik, dan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya pelanggan.
5. Empathy
Empathy adalah memberikan perhatian yang tulus
dan bersifat pribadi kepada pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui
keinginan konsumen secara akurat dan spesifik.
Teori yang kedua yaitu teori Technology Acceptance
Model (TAM)
TAM merupakan adaptasi dari TRA yang diperkenalkan oleh Davis pada
tahun 1986. Tujuan TAM lebih dikususkan untuk menjelaskan perilaku para
pengguna komputer seperti
SAS.
Tujuan utamanya pada penelitian ini adalah untuk
memberikan dasar langkah dari dampak suatu faktor eksternal pada kepercayaan
intern dalam
menggunakan SAS sikap TAM dirancang untuk
mencapai tujuan tersebut dengan cara mengidentifikasi beberapa variabel dasar
yang disarankan pada penelitian sebelumnya yang setuju dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi secara cognitif dan affectif pada penerimaan
komputer dan menggunakan TRA sebagai dasar teoritikal untuk menentukan model
hubungan variabel penelitian.
Teori
TAM sangat relevan untuk riset ini karena Dalam TAM dikenal ada 5
konstruk Persepsi kemudahan penggunaan, didefinisikan sebagai sejauh mana
seorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha.
1.
Persepsi kegunaan, didefinisikan sebagai sejauh mana seorang
percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja
perusahaan tersebut.
2.
Sikap terhadap penggunaan teknologi, didefinisikan sebagai
evaluasi dari pemakai tentang ketertarikannya dalam menggunakan teknologi.
3.
Minat perilaku menggunakan teknologi, didefinisikan sebagai
minat (keinginan) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
4.
Penggunaan teknologi sesungguhnya , diukur dengan jumlah waktu
yang digunakan untuk berinteraksi dengan teknologi dan frekuensi penggunaan
teknologi tersebut.
2.2 KONSEP
1.
Dalam
penelitian ini, penulis bertujuan untuk menguji teknologi
informasi dengan cepat menjadi unsur yang diperlukan untuk mencapai kualitas
layanan di industri penerbangan dan mengukur kualitas layanan untuk sistem
layanan yang berbeda.
2.
Desain
/ metodologi / pendekatan – Kerangka kerja komprehensif yang terintegrasi
dengan baik. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bagaiamana transformasi sistem layanan yang kompleks ini menjadi
sistem layanan sensitif yang merespon kebutuhan setiap individu.
2.3 TELAAH
RISET SEBELUMNYA
1.
Aditama Kusuma Atmaja (2011). Dengan
judul Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan studi
pada Tiket Garuda di PT Falah Fantastic Tour Travel Bogor. Variabelnya yaitu
kepuasan pelanggan, kehandalan, daya tanggap, empati. Dan hasilnya yaitu dari
hasil penelitian variable kepuasan pelanggan (Y) bukti fisik, kehandalan (X2),
dan daya tanggap (X3), jaminan (X4), empati (X5), pengujian hipotesis
menggunakan uji t menunjukkan bahwa kelima variable independen yang diteliti
yaitu variable bukti fisik, kehandalan daya tanggap jaminan terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variable dependen kepuasan
pelanggan.
2.
Zafirah (2014). Dengan judul Analisis
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Maskapai Penerbangan Lion
di Bandar udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu. Variabelnya yaitu Tangible
Reliability Respponsiveness Assurance Empathy Kepuasan Pelanggan. Dan hasilnya
yaitu variable (X) yang digunakan tangible, reliability, responsiveness,
assurance, empathy, variable (Y) kepuasan pelanggan. Dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa secara simultan
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variable independent yang terdiri dari
tangible (X1), reliability (X2), responsiveness (X3), assurance (X4) dan empathy
(X5) berpengaruh signifikan terhadap variable dependent (kepuasan pelanggan).
Hasil uji t menunjukkan bahwa kelima variable independent (X) berpengaruh
secara parsial terhadap variable (Y) kepuasan pelanggan. Dan variable yang
memiliki pengaruh paling dominan menentukan kepuasan kepuasan pelanggan adalah
responseveness dengan nilai koefisien beta sebesar 0,258.
2.4 KERANGKA
PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Dalam penelitian ini Sistem informasi adalah:
·
kunci untuk mencapai sinergi antara komponen
dalam rantai perjalanan, memetakan perilaku penumpang yang sering bepergian di setiap
komponen secara individual
·
Kualitas layanan adalah tingkat kinerja
yang direncanakan yang dimaksudkan untuk segmen pasar tertentu dan kontrol
variabilitas dalam mencapai kinerja itu, dalam memenuhi persyaratan pelanggan
untuk layanan inti, layanan pendukung dan fasilitas.
·
Dapat
mengukur mengukur seberapa baik kinerjanya dalam layanan yang
ditawarkan menurut pandangan pelanggan (pengukuran kualitas berbasis pelanggan),
serta mencatat informasi yang lebih objektif tentang ketepatan waktu, hunian,
dll (pengukuran kuantitas berbasis produksi)
Dalam penelitian ini,
ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan teknologi informasi
untuk kualitas layanan dari segmentasi pasar ke layanan perorangan. Dalam penelitian ini kami konsisten dengan
penelitian sebelumnya dengan berhipotesis bahwa :
H1. Strategi yang
dijalankan akan mempengaruhi kesuksesan perusahaan.
H2. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap sistem layanan inti (layanan
penerbangan).
H3. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap layanan pendukung (layanan perhotelan).
H4. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap layanan fasilitas (layanan keuangan).
H5. Sistem informasi
memiliki pengaruh positif untuk agen penjualan.
H6. Sistem layanan,
sistem informasi, dan aliansi strategis akan memengaruhi posisi pasar.
3.1 DESAIN
RISET / STUDI
Dalam penelitian ini
kami menggunakan uji hipotesis. Konsisten dengan penelitian sebelumnya kami
berhipotesis bahwa :
H1. Strategi yang
dijalankan akan mempengaruhi kesuksesan perusahaan.
H2. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap sistem layanan inti (layanan
penerbangan).
H3. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap layanan pendukung (layanan perhotelan).
H4. Teknologi informasi
akan memiliki pengaruh positif terhadap layanan fasilitas (layanan keuangan).
H5. Sistem informasi
memiliki pengaruh positif untuk agen penjualan.
H6. Sistem layanan,
sistem informasi, dan aliansi strategis akan memengaruhi posisi pasar.
3.2 DEFINISI
DAN PENGUKURAN
VARIABEL
Kualitas tidak diukur
secara vertikal, tetapi secara horizontal untuk seluruh paket layanan.
Pengukuran kualitas terbaik adalah bisnis berulang dan pelanggan setia. Ini
menuntut staf profesional yang bermotivasi tinggi dengan hasrat untuk pekerjaan
mereka di mana konsep individu cocok dengan konsep tim dan konsep layanan dari
seluruh organisasi. Ini adalah kombinasi dari budaya informasi lanjutan (mis.
Penanganan informasi proaktif) dan budaya layanan canggih (mis. Budaya yang
berfokus pada pembelajaran layanan organisasi) yang menciptakan pelanggan setia
dan keuntungan tinggi.
3.3 POPULASI
DAN SAMPLING
Untuk
menguji model penelitian yang digunakan, dalam model untuk tahun 1980-an, Scandinavian Airlines System (SAS)
di Norwegia adalah (dan sebenarnya masih) mengukur seberapa baik kinerjanya
dalam layanan yang ditawarkan menurut pandangan pelanggan (pengukuran kualitas
berbasis pelanggan), serta mencatat informasi yang lebih objektif tentang
ketepatan waktu, hunian, dll (pengukuran kuantitas berbasis produksi).
Perusahaan konsultan independen telah
disalurkan untuk mewawancarai antara 900 dan 1.000 pelanggan dan
menyajikan skala statistik kualitas layanan untuk setiap bagian produk. Ini
digabungkan menjadi seberapa besar persentase puas dengan layanan di kabin,
layanan check-in, dll. Nilai pengukuran terletak pada perbandingan hasil antara
periode.
3.4 SUMBER
DAN METODE PENGUMPULAN DATA
Sumber
datanya itu sendiri berasal dari Scandinavian Airlines System (SAS) yang digunakan sebagai kasus empiris untuk
menggambarkan perkembangan ini serta untuk menunjukkan praktik hari ini
dibandingkan dengan strategi untuk besok. Penelitian ini menganalisis pengembangan SAS dari sistem
berbasis teknologi di tahun 1970-an ke sistem layanan berbasis pelanggan di
tahun 1980-an, selanjutnya menuju sistem sensitif berbasis aliansi menuju tahun
2000. Penelitian di SAS terdiri dari: wawancara
mendalam dengan enam manajer top di Stockholm dan Olso bersama-sama dengan
analisis dokumen strategi dari SAS termasuk laporan tahunan mereka dari periode
1970-1990.
3.5 INSTRUMEN
PENELITIAN
Dalam
model untuk tahun 1980-an, SAS adalah (dan sebenarnya masih) mengukur seberapa
baik kinerjanya dalam layanan yang ditawarkan menurut pandangan pelanggan
(pengukuran kualitas berbasis pelanggan), serta mencatat informasi yang lebih
objektif tentang ketepatan waktu, hunian, dll (pengukuran kuantitas berbasis
produksi). Perusahaan konsultan independen telah con disalurkan untuk
mewawancarai antara 900 dan 1.000 pelanggan dan menyajikan skala statistik
kualitas layanan untuk setiap bagian produk. Ini digabungkan menjadi seberapa
besar persentase puas dengan layanan di kabin, layanan check-in, dll. Nilai
pengukuran terletak pada perbandingan hasil antara periode.
3.6 UJI
KUALITAS DATA
Pengukuran
kurang lebih berarti bagi sistem layanan kompleks yang menawarkan layanan inti,
layanan pendukung, dan layanan fasilitasi, dan di mana sistem informasi
memungkinkan wisatawan untuk sedikit banyak membuat menu sendiri; tetapi, yang
lebih penting, di mana sistem dapat memantau pengalaman setiap pelanggan dan
juga pergerakannya saat ini. Yang terakhir menyiratkan bahwa pemecah masalah
dapat bertemu pelanggan di Newark dan membawanya dengan cepat melalui bea cukai
sehingga ia mencapai penerbangan yang dipesan ke San Fancisco. Sulit untuk
mengukur kualitas yang tergantung pada harga jika pelanggan menerima harga
hotel murah yang disubsidi tetapi pada saat yang sama membayar harga penuh
untuk penerbangan, atau sebaliknya. Kemungkinan yang tertanam dalam sistem
informasi mengubah aturan persaingan dalam bisnis penerbangan.
3.7 TEKNIK
ANALISIS DATA
Parameter pengukuran
terbaik untuk konsep ini adalah
pengukuran bisnis yang berulang (yaitu loyalitas pelanggan) dan panjang dan
struktur hubungan. Hubungan jangka panjang memberikan biaya pemasaran yang
rendah dan, bersama dengan laba tinggi, tidak terkalahkan sebagai
"pemasaran dari mulut ke mulut". Butuh waktu, tenaga, dan uang untuk
mengubah perilaku pelanggan yang sudah ada dan untuk mendapatkan pelanggan
baru.Pengukuran harus memberikan prioritas sejauh hubungan dan kebiasaan
membeli (mis. struktur usia pelanggan). Konsep layanan yang pasti dapat diukur
secara vertikal, tetapi dengan koreksi yang kuat untuk pengukuran horizontal
(yaitu kualitas holistik). Apa yang kami temukan di SAS adalah bahwa banyak
pelanggan (sekitar sepertiga) mungkin menilai layanan dengan sangat baik pada
pengukuran vertikal, tetapi mereka semakin menggunakan maskapai lain di waktu
berikutnya. Sekitar sepertiga dari pelanggan mungkin menilai SAS agak buruk
pada pengukuran vertikal, tetapi mereka tetap pelanggan setia. Fitur utama bagi
mereka adalah jadwal waktu, ketepatan waktu, pengaturan keselamatan dan
kualitas layanan. Kualitas layanan hanyalah salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Bisa jadi SAS telah melakukan pengukuran ribuan "momen kebenaran"
secara berlebihan.
4.1 HASIL
RISET
Strategi
yang digunakan SAS selama tahun 1980-an, menekankan bahwa strategi mereka untuk
tahun 1990-an bukanlah keunggulan kompetitif. Sistem layanan kompetitif
memerlukan kombinasi penawaran kompleks dari apa yang pada 1980-an dilihat
sebagai layanan inti (mis. Penerbangan), layanan pendukung (mis. Hotel) dan
layanan fasilitasi (mis. Layanan keuangan). Selain itu, perlu ditawarkan
melalui sistem informasi terpadu di seluruh dunia dan sejumlah aliansi
strategis. Namun, kunci keberhasilan adalah program keunggulan layanan yang
ditawarkan melalui staf yang sangat berkualitas. Mendapatkan paten pada sistem
atau layanan yang ditawarkan ke pasar tidak mungkin, tetapi perusahaan yang
menjalankan layanan prima sulit untuk ditiru. Selain itu, sistem layanan
sensitif menuntut tingkat toleransi yang lebih tinggi untuk utilitas dan
kebutuhan individu. Informasi mengenai pengalaman dan perilaku sebelumnya dari
setiap pelanggan diperlukan untuk menawarkan layanan yang diperluas dan untuk
memantau keuntungan untuk setiap pelanggan dan setiap segmen pasar. Sistem
informasi juga dapat menghitung keuntungan untuk setiap penawaran yang
kompleks, sehingga memungkinkan agen penjualan untuk mengubah bauran harga
untuk layanan. Kunci kesuksesan adalah untuk dapat menawarkan konsep perjalanan
persis ke desain pelanggan dengan opsi untuk membuat perubahan individu melalui
perjalanan.
4.2 IMPLIKASI
Kualitas
tidak diukur secara vertikal, tetapi secara horizontal untuk seluruh paket
layanan. Pengukuran kualitas terbaik adalah bisnis berulang dan pelanggan
setia. Ini menuntut staf profesional yang bermotivasi tinggi dengan hasrat
untuk pekerjaan mereka di mana konsep individu cocok dengan konsep tim dan
konsep layanan dari seluruh organisasi. Ini adalah kombinasi dari budaya
informasi lanjutan (mis. Penanganan informasi proaktif) dan budaya layanan
canggih (mis. Budaya yang berfokus pada pembelajaran layanan organisasi) yang
menciptakan pelanggan setia dan keuntungan tinggi.
4.3 KETERBATASAN
RISET
Perubahan
yang terjadi pada industri jasa sebagai akibat dari adanya teknologi informasi
akan mengubah pandangan seseorang terhadap kualitas layanan, dan, yang paling
penting, pada desain organisasi industri jasa. Itu membuat semua perbedaan di
dunia bahwa peran pelanggan berubah dengan cara yang memungkinkan industri
untuk memantau pengalaman masing-masing pelanggan dan juga menawarkan layanan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan. Ini juga memungkinkan industri
memanipulasi harga bauran layanan di pasar yang dideregulasi.
4.4 SARAN
UNTUK RISET SELANJUTNYA
Kita perlu memiliki
organisasi yang lebih fleksibel yang dapat berubah lebih cepat sesuai dengan
kebutuhan. Kunci untuk ini mungkin saja pembelajaran organisasi. Setiap
kegiatan layanan (posisi pasar, program keunggulan layanan, sistem informasi,
desain dan diferensiasi produk, karakteristik bagian-bagian produk, dan
pemberian layanan) belum diintegrasikan ke dalam budaya layanan. Budaya layanan
ini harus menjadi bagian dari organisasi yang terus belajar di mana individu, tim,
dan konsep organisasi saling cocok. Pada waktunya, penelitian dan pelatihan
akan menjadi faktor fundamental untuk pembelajaran organisasi, di mana
rekonstruksi mental dari elemen-elemen penting dalam sistem layanan akan
menjadi fungsi utama.
4.5 JIKA
ARTIKEL INI AKAN DIJADIKAN TOPIK SKRIPSI, JUDUL APA YANG SESUAI?
"pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas layanan pada perusaahaan tiket.com"
SUMBER
Jurnal
"The Significance of Information
Technology for Service Quality: From Market Segmentation to Individual Service.”
oleh Johan Olaisen and Oivind
Revang, The Norwegian School of Management, Norway.
Oleh :
Nama : Sasliana Fitri
Nim : C1C017031
Oleh :
Nama : Sasliana Fitri
Nim : C1C017031
Komentar
Posting Komentar